charltonhistoricalsociety.org, Letusan Besar Gunung Lewotobi, 10 Orang Meninggal Dunia menjadi peristiwa yang mengguncang Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Gunung Lewotobi Laki-Laki, salah satu puncak kembar di kawasan ini, meletus pada dini hari Senin, 4 November 2024. Letusan ini berdampak besar bagi warga sekitar, menyebabkan ribuan orang mengungsi demi mengantisipasi bahaya susulan. Hingga kini, pencarian korban masih dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan proses evakuasi terus berlanjut. Dalam artikel ini, kami akan mengulas fakta seputar letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki, dampak yang ditimbulkan, dan sejarah aktivitas vulkaniknya. Mari kita simak lebih lanjut!
Peningkatan Aktivitas Vulkanik sejak Oktober 2024
Berdasarkan data Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Lewotobi Laki-Laki mulai menunjukkan peningkatan aktivitas sejak 23 Oktober 2024. Aktivitas yang semakin intensif ini membuat statusnya naik dari Level III (Siaga) ke Level IV (Awas) pada 3 November pukul 24.00 WITA. Puncak aktivitas terjadi pada 4 November pukul 00.30 WITA, ketika Lewotobi Laki-Laki akhirnya meletus. Erupsi ini menyebabkan korban jiwa dan memaksa ribuan warga mengungsi.
Dampak Letusan Gunung Lewotobi yang Mengerikan
Letusan Lewotobi Laki-Laki membawa dampak besar bagi masyarakat sekitar. BPBD melaporkan bahwa hingga Rabu, 6 November 2024 siang, sebanyak 10 orang dilaporkan meninggal dunia, sementara lebih dari 10 ribu warga dari tujuh desa harus mengungsi untuk keselamatan mereka.
Desa-desa yang Terdampak Letusan
Letusan ini berdampak pada tujuh desa yang tersebar di dua kecamatan di Flores Timur. Desa-desa di Kecamatan Wulanggitang yang terdampak meliputi Klatanlo, Hokeng Jaya, Nawokote, Boru, Boru Kedang, dan Pululera. Selain itu, Desa Dulipali di Kecamatan Ile Bura juga terkena dampak erupsi ini. Hingga kondisi dinyatakan aman, para warga dari daerah ini diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Gangguan pada Transportasi Udara di Nusa Tenggara Timur
Selain korban jiwa dan pengungsian, letusan Lewotobi Laki-Laki juga mengakibatkan terganggunya aktivitas transportasi udara. Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav) Cabang Kupang melaporkan bahwa empat bandara di Pulau Flores harus di tutup sementara akibat letusan ini.
Bandara yang Terdampak
Keempat bandara yang di tutup sementara adalah Bandara H Hasan Aroeboesman di Ende, Bandara Soa Bajawa, Bandara Gewayantana di Larantuka, dan Bandara Frans Seda di Maumere, Kabupaten Sikka. Bandara-bandara ini di tutup akibat abu vulkanik yang membatasi jarak pandang, membuat penerbangan tidak aman.
Gunung Lewotobi, Gunung Kembar yang Ikonik di Flores
Gunung Kembar yang Menarik Wisatawan
Terdiri dari dua puncak kembar: Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-Laki. Terletak di bagian tenggara Pulau Flores, gunung ini menarik perhatian karena puncaknya yang berdampingan dan hampir sama tingginya. Secara administratif, Gunung Lewotobi berada di Kabupaten Flores Timur, dan sering di kunjungi wisatawan yang tertarik dengan keindahan alam dan keunikan gunung berapi kembar ini.
Perbedaan Puncak Lewotobi Perempuan dan Laki-Laki
Puncak tertinggi dari gunung ini adalah Gunung Lewotobi Perempuan, dengan ketinggian 1.703 mdpl. Sementara itu, Gunung Lewotobi Laki-Laki, meskipun sedikit lebih rendah dengan ketinggian 1.584 mdpl, di anggap lebih aktif dan sering memunculkan aktivitas vulkanik. Keindahan dan keunikan kedua puncak ini menjadikannya salah satu destinasi wisata alam favorit di Flores.
Sejarah Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Perempuan
Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gunung Lewotobi Laki-Laki belum pernah tercatat mengalami letusan yang besar hingga saat ini. Namun, Gunung Lewotobi Perempuan telah mengalami dua kali letusan pada tahun 1921 dan 1935. Letusan kali ini menjadi catatan sejarah penting bagi Lewotobi Laki-Laki, yang akhirnya menunjukkan aktivitas vulkaniknya.
Kesimpulan: Peristiwa Letusan Gunung Lewotobi 2024
Letusan Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur pada November 2024 menjadi peristiwa besar. Pemerintah dan masyarakat bekerja keras menangani dampaknya. Dengan korban jiwa mencapai 10 orang dan ribuan warga mengungsi, peristiwa ini mengingatkan kita akan kekuatan alam dan pentingnya kewaspadaan terhadap gunung berapi. Dalam situasi bencana seperti ini, kesigapan pemerintah dan kepedulian masyarakat sangatlah penting. Akses informasi dan edukasi mitigasi bencana juga krusial untuk mengurangi risiko dan memastikan keselamatan warga di masa depan.