charltonhistoricalsociety.org, Celimpungan Kuliner Lawas Palembang Bikin Lapar! Setiap kota punya cara sendiri buat membius lidah. Tapi kalau bicara Palembang, jangan cuma ingat pempek. Karena ada satu kuliner lawas yang di am-di am tetap eksis dan sukses bikin perut keroncongan: celimpungan! Namanya mungkin jarang wara-wiri di restoran modern, tapi soal rasa? Sudah pasti nempel di ingatan.
Celimpungan itu seperti sepupu jauh dari pempek, tapi punya karakter yang jauh lebih kalem sekaligus kaya rasa. Bahkan, banyak warga asli Palembang yang di am-di am lebih rindu celimpungan ketimbang pempek saat Lebaran tiba. Nah, kenapa bisa begitu? Mari kita kupas pelan-pelan.
Jangan Salah Tafsir, Ini Bukan Pempek Bersaus Kuning
Biasanya kalau dengar kata “ikan tenggiri”, yang terbayang langsung pempek atau otak-otak. Tapi celimpungan menyuguhkan tenggiri dalam versi yang jauh lebih lembut, karena adonannya di campur sagu dan di bentuk mirip bola lonjong. Rasanya ringan, tapi tetap punya aroma khas laut yang segar dan tak amis.
Celimpungan di masak bukan dengan di goreng, melainkan di rendam dalam kuah kuning kental. Dan di situlah letak sihirnya. Saat kuah menyatu dengan bola ikan, rasanya seperti pelukan hangat di hari hujan. Lembut, kaya rempah, dan bikin senyum muncul tanpa sadar.
Kuah Kuningnya, Racikan Bumbu Warisan
Kuah celimpungan bukan sekadar kuah bersantan. Ada irisan kunyit, bawang merah, kemiri, jahe, dan ketumbar yang di tumbuk halus, lalu di tumis hingga harum sebelum di campur santan kental. Bumbu ini di racik dengan sabar dan tanpa terburu-buru, karena setiap rempah punya waktunya sendiri untuk bersuara.
Biasanya di sajikan hangat, lengkap dengan taburan bawang goreng dan kadang di tambah irisan telur rebus. Namun beberapa orang suka menambahkan lontong supaya makin kenyang. Kombinasinya bikin lidah nari-nari dan perut senang bukan main.
Hidangan Lebaran yang Jarang Dipromosikan Tapi Selalu Dicari
Saat Lebaran tiba, rumah-rumah di Palembang mulai menebar aroma celimpungan. Ini bukan menu sembarangan, karena biasanya hanya muncul saat momen-momen penting. Mungkin karena pembuatannya butuh niat lebih dari sekadar masak sehari-hari. Tapi justru itulah yang bikin celimpungan jadi istimewa.
Celimpungan sering hadir berdampingan dengan malbi atau sambal ati. Tapi meskipun berdampingan, celimpungan punya tempat tersendiri di hati para perantau. Banyak yang bilang, kalau belum ada celimpungan di meja, maka belum sah lebarannya. Gila, ya? Tapi begitulah rasa rindu bisa bekerja.
Terselip Rasa Rindu dalam Setiap Sendok
Bukan cuma soal rasa, celimpungan juga menyimpan nostalgia. Banyak orang yang tumbuh besar di Palembang mengaitkan celimpungan dengan momen berkumpul bareng keluarga besar. Satu panci besar di atas meja, anak-anak berebut, orang tua senyum-senyum, dan semuanya pulang dengan perut kenyang.
Kalau kamu pernah tinggal jauh dari kampung halaman, kamu pasti ngerti gimana rasanya makan sesuatu yang bisa membangkitkan semua memori itu dalam sekali suap. Dan celimpungan termasuk yang punya kekuatan itu. Satu sendok bisa membawa kamu balik ke masa kecil.
Kesimpulan: Celimpungan Bukan Cuma Makanan, Tapi Cerita
Kalau kamu mengira celimpungan cuma sekadar makanan lawas dari Palembang, sebaiknya pikir lagi. Karena di balik kuah kuningnya yang harum, di balik bola ikan tenggiri yang lembut, ada banyak cerita yang tersimpan. Cerita tentang keluarga, tentang tradisi, tentang masakan yang di buat dengan hati, bukan sekadar resep.
Jadi, kalau suatu saat kamu berkunjung ke Palembang dan di tawari celimpungan, jangan tolak. Duduklah, nikmati, dan biarkan rasa membawa kamu ke lorong kenangan yang hangat. Karena makanan terbaik bukan yang viral di media sosial, tapi yang di am-di am mengisi ruang di hati dan tak pernah tergantikan.
